Sunday, April 27, 2008

Migrant Day

Migrant Community Day

Pada tanggal 27 April 2008, Keuskupkan Gwangju, Korea Selatan menyelenggarkan acara besar, Migrant Community Day. Kita dapat melihat keberadaan orang-orang asing yang datang ke Indonesia sebagai pekerja, khususnya di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Namun aktivitas tenaga kerja migrant di indonesia sendiri tidak terlalu terlihat.
Keberadaan dari pekerja asing memberikan warna tersendiri dalam kehidupan sosial masyarakat khususnya di negara-negara maju. Terbukanya pintu bagi para pekerja asing banyak di pengaruhi oleh tingginya kebutuhan tenaga kerja di negara-negara maju, baik tenaga kerja profesional maupun tenaga kerja kasar.
Secara internasional, migrant day atau hari pekerja asing sedunia di mulai pada tanggal 18 Desember 1990. United Nations General Assembly (UNGA) mengadopsi konvensi internasional pada perlindungan hak untuk semua pekerja asing UN MWC. UN MWC mulai berlaku sejak July 2003 sebagai hukum internasional akibat adanya kebutuhan mendesak di negara-negara penerima tenaga kerja asing untuk menerapkan hukum ini sebagai alat promosi dan perlindungan terhadap para pekerja asing dan keluarganya. Sejak saat itu, hari pekerja asing dirayakan sebagai penghargaan atas kontribusi mereka yang telah memperkaya kehidupan sosial, politik dan budaya dalam masyarakat. Para pekerja asing adalah jembatan budaya dari negara mereka ke negara di mana mereka bekerja.
Di Korea sendiri hari pekerja asing internasional sudah dipahami oleh pihak-pihak serikat pekerja di sini. Namun terlepas dari hari pekerja asing internasional ini, pekerja asing di Korea memiliki komunitasnya sendiri. Salah satunya adalah komunitas yang bernama Migrant Community. Pada awalnya, komunitas-komunitas ini dibentuk entah oleh para warga asing sendiri atau oleh lembaga-lembaga sosial karitatif seperti Gereja. Karena itu ada komunitas Philipina, Indonesia, Bangladesh, Pakistan, Mongolia, Srilanka, Vietnam dst. Tempat-tempat ini (migrant center) menjadi tempat para warga asing mendapat pelayanan sosial seperti: Pengobatan gratis dan masalah lain yang berkaitan dengan kerja. Bukan hanya itu center-center ini juga menjadi tempat bersilahturahmi antar sesama warga bangsa di tanah orang entah pada acara-acara keagamaan atau budaya. Namun, seiring berjalannya waktu, komunitas-komunitas ini berkembang dan terbuka terhadap kelompok lain.
Gereja Katolik merasa terpanggil untuk melayani para warga asing . Sejak 6 tahun yang lalu, Gereja Katolik khususnya keuskupan Gwangju, setiap tahun mengadakan perayaan khusus bagi orang asing. Perayaan ini diadakan bertepatan dengan dua peringatan dalam gereja yakni: Hari Migrasi, 27 April dan 1 Mei, Pesta St.Joseph pekerja. Pada hari migrasi ini, Gereja Katolik Korea mau secara khusus mengenang baik mereka yang ke luar dari Korea maupun mereka yang masuk ke Korea dengan berbagai alasan. Gereja mengajak umat untuk berdoa dan memohon keselamatan bagi mereka hingga mereka kembali ke tengah keluarga dan sanak saudara di negara mereka masing-masing. Dan semoga St.Joseph pelindung para pekerja menjadi model bagi kaum pekerja agar setia dan tanpa batas mencintai keluarga seperti Josep mencintai Maria dan Yesus. Perayaan ini, awalnya hanya diperuntukkan bagi kelompok Filipina tetapi sejak tiga tahun lalu siapa saja tanpa peduli warna kulit, agama, negara asal, bahasa semua diundang untuk merayakan kebersamaan ini.
Kali ini mereka mengambil thema, ”Buka Hati, Buka Tangan” sebuah himbauan untuk para warga asing dan warga setempat untuk membuka hati dan mengulurkan tangan untuk menerima satu sama lain dan memahami perbedaan diantara mereka. Menyadari ada 1 juta orang asing termasuk di dalamnya para pekerja, pelajar, pebisnis, guru dan orang-orang yang menikah dengan orang-orang Korea. Tidak ada alasan lain tetapi terbuka untuk saling menerima.
Kali ini, tidak ada bedannya dengan tahun-tahun sebelumnya, acara ini didahului dengan perayaan ekaristi. Perayaan misa dimulai pada jam 1:00 PM waktu korea. Perayaan dilaksanakan di Gereja Wondong. Misa dipimpin secara konselebrasi oleh empat (4) orang Imam dan dibantu oleh seorang diakon. Uniknya para Romo ini berasal dari beberapa negara: Rm.Xavier dari Vietnam, Rm.Fidelis dari Indonesia, Rm.Sebastian dari Filipina dan Rm.Rafael dan Diakon Adrea, keduanya dari Korea. Rm. Rafael adalah pastor yang menangani pastoral bagi para orang asing. Misa dipimipin oleh Rm.Sebastian dari Filipina. Dalam perayaan misa yang menggunakan bahasa Inggris, selebran utama, Rm.Sebastian melihat kalau cinta yang Yesus minta sudah mulai dan akan terus dilaksanakan oleh para orang asing teristimewa mereka yang datang untuk bekerja, mengadu nasib untuk hari depan yang lebih baik. Mereka (para pekerja) mengorbankan diri dengan meninggalkan saudara, tanah air dan mengalami pahit dan getirnya bekerja di sini. Kalau bukan karena cinta mustahil anda bertahan sampai hari ini, tegasnya.
Migrant yang datang menghadiri misa terlampau banyak sehingga banyak yang harus berdiri. Berbeda dari tata cara misa di gereja di Indonesia, ketika doa Syukur Agung dan saat Anak Domba Allah, umat di sini berdiri.
Warna acara ini adalah ketika pada saat persembahan, para petugas yang datang membawa persembahan ke altar mengenakan busana khas negara masing-masing: Korea, Filipina, China, dan Vietnam.
Acara hiburan yang dilaksanakan di Gwangsan Art Center, sebuah gedung kesenian berhadapan dengan gereja baru dimulai pada pkl 15.00 (WST). Sambil menunggu acara ini dimulai, banyak yang datang saling menyapa dan mengadakan perbincangan, dan pula yang mencari makan di sekitar di gereja karena lapar. Migrant yang datang tidak hanya yang berdomisili di daerah Gwangju tetapi juga ada yang datang dari luar. Sangat menyenangkan melihat semua migrant berkumpul. Apalagi diantara mereka ada yang belum pernah bertemu sebelumnya tetapi karena berasal dari negara yang sama maka mereka mulai melakukan interaksi komunikasi, mulai dari menanyakan nama, nomor telepon hingga alamat email sehingga mereka berencana untuk dapat berkomunikasi di kemudian hari melalui dunia maya.
Para migrant tidak hanya terdiri dari para pekerja, tetapi juga ada diantara mereka yang sedang menempuh studi seperti Christiand dan Byan yang berasal dari Indonesia. Mereka bersekolah di Gyeongsang National University kota Jinju, daerah selatan dari Korea Selatan. Christiand adalah salah satu warga gereja St. Paulus, Depok. Dia sedang menempuh studi S2 di bidang Robotika. Christiand akan menyelesaikan masa studi S2-nya semester ini, tetapi dia berencana untuk mencari pekerjaan di sini untuk menambah pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan Byan adalah salah satu umat gereja St. Matius Penginjil, Bintaro. Sekarang dia sedang menempuh studi S3 di bidang engine aftertreatment setelah berhasil menyelesaikan S2 di tempat yang sama. Mereka berdua tinggal di asrama Gyeongsang National University dan kedua-duanya berasal dari Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia.
Ketika memasuki gedung kesenian tersebut, banyak migrant yang harus duduk di tangga atau berdiri di belakang karena semua kursi telah penuh dipadati. Acara dimulai dengan tampilan foto-foto dari umat gereja yang menampilkan kegiatan-kegiatan yang sudah berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya: Natal, Paskah, dan acara lain. Kata sambutan pertama dari ketua penyelenggara yaitu Bong Dumandan dari Filipina. Kemudian Rm.Xavier dari Vietnam. Untuk perwakilan dari kedutaan yang hadir adalah dari Filipina. Sang Konsuler yang mewakili kedutaan Filipina, dalam sambutannya mengatakan bahwa antara Korea dan Filipina ada pertali yang erat di masa lalu dan akan terus dirajut di masa depan. Dan dia mengajak supaya bukan saja orang Filipina tetapi siapa saja yang datang dan bekerja maupun yang tinggal di Korea boleh mengalami keramahan khususnya orang-orang Gwangju. Tetapi hal itu mungkin kalau anda membuka hati dan mengulurkan tangan untuk saling menerima.
Hiburan yang ditampilkan antara lain adalah tarian tradisional, dance, lagu-lagu yang dibawakan oleh para penyanyi, hingga band. Para pengisi juga beragam, mulai dari anak kecil di bawah 5 tahun hingga orang dewasa. Selain hiburan-hiburan tadi, ada juga hiburan lain yaitu doorprize.
Bersama lagu ‘You Raise Me Up’ semua seakan diajak untuk bermasmur akan Tuhan yang menjadi kekuatan dan seraya berharap semoga di tahun depan boleh bersua. Rangkain acara pun berakhir.

Alamat Kelompok Katolik Indonesia Korea yang berkumpul setiap bulan di rumah para imam Serikat Sabda Allah (SVD):
Divine Word Missionaris
1-1166 Pughayon dong, Sodaemun-gu
Seoul 120-866.
Tlp: (02) 312-866


Byan, Romo Fidelis, Me, Christiand

Anna & Monica



Sunday, April 13, 2008

happy Sunday

Ice Cream


Chonnam University



Mr.Park's Family




Friday, April 11, 2008

Friday Market in Gwangju.. but, where is the Market?!?

on the way, in front of the City Hall

the Market (just one?!??)

Mcdy

on the way home

Korean Restaurant

Saturday, April 5, 2008

Sicko

Michael Moore.., we love you..

at Gwangju Theatre

on subway

just smile